Upaya menjaga kelangsungan pendidikan anak dalam menghadapi rencana pemerintah membangun proyek Jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) – Sanggar Anak Akar

Kabar Terbaru Sanggar Anak Akar

Sanggar Anak Akar merupakan alternatif model pendidikan untuk anak-anak, utamanya anak pinggiran, yang diselenggarakan secara nirlaba oleh anggota masyarakat yang peduli pada pengembangan kualitas pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak pinggiran adalah anak-anak yang menjadi bagian dari keluarga urban miskin di Jakarta, anak yang hidupnya berada di bawah bayang-bayang ancaman kekerasan orang dewasa, termasuk anak yang terpaksa tinggal di jalanan atau tempat umum.

November 1994 Sanggar Anak Akar diselenggarakan dengan tujuan menyediakan rumah yang nyaman dan aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya (fully human fully alive). Meskipun selama sepuluh tahun pertama Sanggar Anak Akar harus beberapa kali pindah dari satu rumah kontrakan ke kontrakan yang lain, namun proses komuniter, belajar dalam kebersamaan tetap intensif.

Kesungguhan anak-anak dalam memanfaatkan ruang dan kesempatan belajar di Sanggar Anak Akar menggerakan hati banyak pihak. Tahun 2003 sejumlah sahabat akar, individu yang concern pada pendidikan model Sanggar Anak Akar, berinisiatif menggalang dana untuk mengadakan lahan dan bangunan. Dari usaha mulia tersebut tahun 2004 Sanggar Anak Akar atas nama Yayasan Anak Akar Indonesia memiliki tanah seluas 900 M2 dengan bangunan permanen baik untuk tinggal maupun untuk kelas.

Di atas kebaikan hati banyak pihak sekaligus dengan manajemen yang menekankan pada pendekatan humanis, keberadaan Sanggar Anak Akar  cukup diakui. Pengakuan dari banyak pihak terhadap Sanggar Anak Akar tidak saja sebagai sebuah model pendidikan anak, tetapi juga sebagai sebuah pendekatan estetik yang menguatkan gerakan budaya menuju perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Semakin tahun produk gagasan dan kreativitas Sanggar Anak Akar semakin mendapatkan tempat di bidang pendidikan komunitas maupun di bidang seni-budaya. Sampai saat ini tidak sedikit jumlah alumni Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mampu bersaing dengan alumni dari institusi pendidikan lain.

Namun pencapaian Sanggar Anak Akar saat ini dihadapkan pada tantangan baru yaitu rencana pemerintah membangun jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang akan menggusur lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar di Cipinang Melayu. Rencana pemerintah itu sudah bergulir dari akhir tahun 90-an. Rencana saat itu hanya akan mengambil sebagian kecil dari lahan Sanggar Anak Akar. Dalam pertemuan terakhir di kelurahan Cipinang Melayu bulan April lalu, Camat Makasar menegaskan proyek pembangunan jalan Becakayu segera direalisasi di tahun 2015 ini. Sejauh ini informasi yang disampaikan menjelaskan bahwa proyek pembangunan jalan Becakayu akan mengambil sebagian besar lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar.

Berhadapan dengan itu kami bermaksud menjaga supaya realisasi pembangunan proyek jalan Becakayu, sejauh mungkin tidak menghambat, apalagi menghentikan, proses pendidikan anak-anak di Sanggar Anak Akar. Untuk itu dari sekarang kami bermaksud melakukan langkah strategis. Langkah pertama adalah mengetuk hati banyak pihak, menggerakkan kepedulian anggota masyarakat untuk memberikan dukungan pada upaya Sanggar Anak Akar mendapatkan lahan dan bangunan baru. Harapan kami sebelum lahan dan bangunan lama benar-benar tergusur, kami sudah mendapatkan lahan dan memiliki bangunan sebagai fasilitas untuk keberlangsungan proses pendidikan anak-anak.

Kami mulai menggerakkan dukungan melalui konser kolaborasi resistante: Konser Musik Untuk Pendidikan “Syukur Atas Cinta dan Kehidupan”, yang akan melibatkan seniman, artis yang memiliki concern untuk keberlangsungan pendidikan untuk anak di Sanggar Anak Akar.

POSTER KONSER_27 JUNI 2015

Konser Musik Untuk Pendidikan “Syukur atas Cinta dan Kehidupan”

Acara Konser Musik Untuk Pendidikan sedianya akan kami laksanakan bertepatan dengan momentum berbagi di bulan suci Ramadhan, tepatnya pada :

Hari Sabtu, 27 Juni 2015

Pukul 15.00 – 18.00 WIB

Di  Teater Jakarta  – TIM, Cikini Raya, Jakarta Pusat

Perayaan Ulang Tahun SANG BODOL Ke 7 “Musik Untuk Pendidikan” – Tony Q Rastafara

Dalam memperingati Ulang Tahun Sanggar Bocah Dolanan ( SANG BODOL) Kediri, diadakan rangkaian kegiatan :

1 FEBRUARI 2015 PUKUL 10.00 WIB : Sarasehan bersama Nara Sumber Ustad Khirun (Komedian) ,RD,prasetijohambardi,BNN,Kab Kediri. Kegiatab Theatrikal dan Perkusi. Kegiatan dilaksanakan di Jl. Semeru, Pare-Kediri. Kontak : 085649006681 a/n Erwin.

14 FEBRUARI 2015 PUKUL 17.00 WIB : “Pagelaran Amal Musik REGGAE” Bersama TONY Q Rastafara bertempat di GOR Jaya Baya Kemunin Kediri.

Musik Untuk Pendidikan

Musik Untuk Pendidikan

14-15 FEBRUARI 2015 PUKUL 12.00 WIB : “CAMPING TEMU ANAK MANDIRI KREATIF” bertempat di Camping Ground, Pohsarang Kediri. Bila tertarik untuk temen komunitas pemerhati anak,CP.Antok mbeler.082 244 287 240.

22 FEBRUARI 2015 PUKUL 15.30 – 19.00 WIB : Workshop “AYO MENULIS” dengan Nara Sumber Bapak AJI JATIM (Aliansi Jurnalistik Independent) bertempat di Dusun Sukomono – Puncu.

Bagi yang tinggal di Kediri dan sekitarnya, WAJIB Agendakan untuk hadir dalam rangkaian kegiatan SANG BODOL. Info kontak acara : 082 244 287 240 a/n Antok mbeler.

 

 

 

Masih dalam RANGKAIAN ULTAH SANG BODOL ke 7

“Pagelaran Amal Untuk Anak Pinggiran” menghadirkan TONY Q RASTAFARA-MUSIK UNTUK PENDIDIKAN” pada 14 Februari 2015 pukul 17.00 – 24.00 WIB di GOR Joyoboyo Kemunin Kediri – JawaTimur.

Dapatkan Kaos “Musik Untuk Pendidikan – Tony Q Rastafara” bahan Combed Cotton ukuran M,L & XL dengan harga Rp. 80.000,- . Info hub 08568877612 a/n Nisa.

 

T-Shirt Musik Untuk Pendidikan - Tony Q Rastafara

T-Shirt Musik Untuk Pendidikan – Tony Q Rastafara

Konserta SWARGA DI KHATULISTIWA

Konserta Swarga Di Khatulistiwa merupakan pertunjukan orkestrasi musik teatrikal produksi Sanggar Anak Akar.

Konsertasi yang digarap dalam pertunjukan kali ini terinspirasi oleh  kekhasan sebuah negeri di katulistiwa yang kaya warisan budaya beragam  etnik. Sebagian dari komposisi dalam produksi ini merupakan pengembangan beberapa sekuen dari Konserta Gema Gita Mahardhika yang diproduksi tahun lalu. Penggarapan Swarga Di Katuhulistiwa  mengambil setting Jakarta yang merepresentasikan kearifan sebuah kota yang mampu mengelola beragam perbedaan etnis dan suku bangsa, menjadi sebuah kekayaan yang secara nyata terwujud pada semangat hidup dalam keberagaman.

Penasaran dan ingin melihat langsung dalam bentuk Konserta? Silahkan Pesan tiketnya, Harga tiket :

Pelajar : Rp 75.000

Umum : Rp.150.000

VIP : Rp 250.000

VVIP :Rp 350.000

Di Teater Jakarta

4-5 nOVEMBER 2013

(Jam Menyusul)

Bagi yang belum mengenal Sanggar Anak Akar berikut sedikit artikelnya

Cikal bakal Sanggar Anak akar adalah program open house untuk anak-anak pingiran yangdikembangkan oleh sebuah organisasi non pemerintah pada tahun 1989. Anakpinggiran yang dimaksud adalah anak-anak jalanan, anak pemulung sampah,anak-anak urban pekerja kota, dan anak-anak pengasong yang tinggal di pemukimanyang tidak kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kenyataan hidupanak-anak menggerakkan niat kami untuk mengembangkan open house menjadi program ruang aman dan nyaman bagi anak-anak.Gagasan pun diwujudkan dengan mendirikan Sanggar Anak akar pada November tahun1994. Tujuannya saat itu adalah menciptakan rasa aman dan nyaman supayaanak-anak dari berbagai kelompok saling berinteraksi dan setiap anak berani mengekspresikan gagasan dan kemampuannya.

Perkembangan kegiatan Sanggar Anak akar yang semakin beragam dan sangat dinamis membutuhkan intensitas perhatian yang tinggi. Kebutuhan fasilitas dan sistem pengelolaanSanggar Anak akar semakin komplek sehingga tidak cukup kalau Sanggar Anak akarditempatkan hanya sebagai bagian program sebuah organisasi. Karena itu demimengakomodasi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak yang lebih optimal,maka pada tahun 2000 manajemen Sanggar Anak akar dilepaskan dari organisasiInduk.

Satu tahunsetelah kemandirian, 2001, Sanggar Anak Akar mulai memusatkan perhatiannya padakomitmen pengembangan model pendidikan yang berbasis pada perlindungan hakanak. Gagasan pendidikan diselenggarakan dengan mengambil model pembelajaranberbasis pengalaman (experiencecurriculum). Dengan kurikulum berbasis pengalaman maka setiap anak memilikikesempatan untuk mengembangkan kemampuan berdasarkan minatnya masing-masing.

Tahun 2003 para sahabat akar, donatur individu dan volunteer, berinisiatif untuk menyelengarakan acara penggalangan dana dengan tujuan membeli tanah untuk bangunan permanen.Untuk tujuan itu maka dibentuk sebuah badan hukum, Yayasan Anak Akar. Berkatusaha tulus bersahaja para sahabat maka Sanggar Anak Akar pun kini memilikigedung yang dibangun di atas tanah seluas 950 m².

Pertengahan tahun 2009 Sanggar Anak Akar  menetapkan keberadaannya sebagai Sekolah Otonom untuk anak-anak setara sekolah menengah. Di tempat ini anak-anak akan belajar mengembangkan kemampuannya bersama denganpara pengurus, volunteer profesional di berbagai bidang yang bertindak sebagaimoderator kelas. sanggarakar.org

Rel Pelangi

Hari Minggu menjadi waktu mahal untukku. Hanya di waktu mahal ini aku bisa mengajak tubuhku bersantai agak lama bersandar pada kasur, di waktu mahal ini juga aku bisa mengajak pikiranku untuk terbang melayang menyusuri dunia khayal yang liar. Senin bertemu Sabtu menjadi 6 hari yang sibuk untukku. Bekerja sebagai tim marketing di kantor periklanan begitu menguras waktu pada jam dinding yang mentok di angka 24. Perkenalkan, namaku Nanda”. Usiaku baru 24 tahun.

 “Kring Kring…. Kring Kring..” HP ku berdering.

“Hallo Fih, ada apa?” tanya ku.

“Lagi libur kan?, temenin aku yuk, bawain pesenan nasi box Ibu” ujar Fia, sahabatku.

“Ke mana? tanya ku.

“Udah nanti ikut aja, sebentar lagi aku jemput ke rumah mu ya Nan!” jawab Fia.

“Oke.. aku tunggu” jelas ku.

Fia adalah sahabatku sejak kami duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ibu nya mempunyai usaha membuka catering makanan. Kadang kalau pesanan sedang banyak, Fia yang akan disuruh membantu mengirimkan pesanan. Namun tidak biasanya Fia meminta aku menemaninya.

“Tin.. Tin..” Terdengar klakson mobil depan rumahku. Segera aku bergegas turun dari kamarku di lantai dua.

“Fi, kita mau nganter pesanan kemana si?!” tanya ku begitu penasaran.

“Udah ayuk cepetan Nan, keburu jam makan siang nih!” jelas Fia sambil menyuruhku untuk segera menaiki mobil Avanza miliknya.

 “Banyak banget Nasi boxs nya Fi?! Siapa yang pesen?” tanyaku begitu terkejut ketika melihat begitu banyak nasi box didalam mobil Fia.

“semuanya ada 300 box, aku disuruh ngirim ke tempat pemukiman kumuh rel kereta mati untuk makan siang masyarakat di sana, nahh.. aku disuruh ibu nemuin ketua masyarakat di sana dan menjelaskan pemberian nasi ini, soalnya yang nyumbang ga mau disebut namanya gitu!, maka dari pada itu aku ngajak kamu biar kamu bantuin aku ngomogin hal ini” Fia menjelaskan.

Aku menggangguk paham.

***

Aku bersama Fia berdiri di pinggiran rel kereta api mati yang lenggang. Kami bingung harus berjalan ke arah mana. Rel kereta mati ini begitu panjang, begitu banyak rumah yang berjejer di pinggiran rel. Tak terurus. Hingga ada seseorang yang menghampiri kami.

“Mba, mau kemana?” Mari naik Troli saya Mba!” Ujar anak muda yang datang menghampiri kami.

“Troli ?! yang ini maksudnya Dek?” Tanyaku sambil menunjuk sebuah benda ber roda 4 yang terbuat dari kayu ukuran 1×1 berbentuk kubus.

“Iya Mba, Troli itu kendaraan di sini, atau Mba juga bisa jalan kaki nelusuri rel kereta ini, tapi panjang Mba! Tuh sampe Ujung sana! Emang Mba mau ke mana? Bawa barang ga?” tanya anak muda tersebut.

“Iya Dek, saya bawa barang lumayan banyak, yaudah saya naik troli aja deh, Bantu saya angkut barangnya ya Dek, ini alamatnya. Dek kenal Bapak Didi ga?” Fia menjelaskan.

“Kakek Didi kali Mba? Kita manggilnya Kakek karna usianya sudah tua Mba, dia orang kepercayaan di Kampung ini Mba! Kenalkan Mba, saya Dodo. Mari saya antar” anak muda itu menjelaskan.

Masyarakat mulai berkumpul di depan rumah Kakek Didi. Untuk pembagian nasi sepenuhnya kami serahkan kepada Kakek Didi. Setelah itu kami pamit pulang kepada Kakek Didi dan masyarakat di sana.

***

Kesibukan di kantor mulai lagi kujumpai di hari senin. Namun kini ada hal yang selalu aku renungkan ditengah-tengah kesibukanku ini.  Ada sesuatu yang menggerakkan ku agar aku kembali lagi ketempat itu. Hingga akhirnya kuputuskan usai kerja hari ini aku akan sempatkan waktu ke rumah Kakek Didi.

Menjelang Mahgrib aku tiba di lokasi, sambil mencari Dodo untuk mengantarku ke rumah Kakek Didi. Suasana sore ini lebih banyak masyarakat yang nampak berlalu lalang di rel. Ada ibu-ibu yang membawa karung besar berisi botol minuman, plastik, kardus dan barang-barang bekas lainnya, ada anak-anak kecil yang berlarian sambil membawa tas kecil dan menggenggam kecrekan ada juga yang serempak beberapa anak membawa kemoceng. Ada yang baru saja ingin bergegas pergi ada juga yang baru saja sampai rumah. Aku banyak berdiskusi dengan Dodo di perjalanan menuju rumah Kakek Didi. Dodo anak muda yang baik, usianya baru 15 tahun, dia meninggalkan pendidikan formalnya sejak kelas III SD. Tidak ada duit menjadi alasan kenapa Dodo berhenti sekolah. Aku begitu yakin, Dodo adalah salah satu dari sekian banyak anak-anak di sini yang menghentikan pendidikannya.

“Terima kasih Do, nanti pulang anterin saya lagi ya Do! Bayarnya sekalian pulangnya aja ya.” Aku menjelaskan.

“Iya Mba, nanti panggil saya aja ya Mba!” Ujar Dodo sambil cengar-cengir.

Nampaknya Kakek Didi sedikit kaget atas kedatanganku yang mendadak, namun beliau tetap menyempatkan diri untuk berbincang santai denganku. Kue-kue ringan dan minuman teh hangat disuguhkan oleh gadis manis berambut lurus dan tebal. Itu cucu Kakek Didi, usianya baru 12 tahun. Sedari awal aku melihat Kakek Didi, aku sudah duga bahwa beliau adalah orang yang baik, tegas dan begitu mencintai keluarganya.

“Di sini masyarakatnya banyak sekali, hingga ratusan. Apalagi anak-anaknya, saya sedih sebagian dari mereka menghentikan pendidikannya untuk mencari uang dengan mengamen, mulung, ngemis. Saya sih sudah pesen kepada orangtua-orangtua yang kiranya masih mampu menyekolahkan anaknya, agar mereka tetep mengupayakan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Waktu saya masih bisa beraktifitas lancar, saya sempat menjadi guru untuk anak-anak di sini, angkatan Dodo waktu masih ingusan saya yang temani mereka. Kini tubuh saya sudah penyakitan, tidak kuat berlama-lama di jalan. Dulu kadang memang pernah suka datang orang-orang yang mau membantu kami, tapi mereka hanya sekedar membuat acara yang sehari kelar saja, setelah itu mereka tidak lagi kembali. Saya kepingin rel mati ini tetap hidup, hidup manusia yang cerdas, hidup anak-anak yang berpendidikan. Tapi susah, generasi muda yang berprinsip dan mempunyai komitmen begitu minim” panjang lebar Kakek Didi menjelaskan kepadaku.

“Terus Kakak Nanda mau mulai kapan jadi Guru kita?” celetus cucu Kakek Didi.

“Pasti dan secepatnya !” Jawabku tegas.

***

Aku mengintikan pembicaraanku semalam bersama Kakek Didi bahwa lingkungan kumuh seperi yang terletak di daerah pinggiran kota, pinggiran rel kereta dan kolong tol merupakan akar dari lahirnya anak jalanan. Pada umumya anak-anak yang tinggal di daerah kumuh masih megenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi seiring dengan kenaikan kelas atau memasuki jenjang baru seperti SMP dan SMA, banyak diantara mereka lambat laun mulai putus sekolah karena faktor ekonomi dan juga karena biaya pendidikan yang semakin mahal. Satu hal yang kini harus aku hentikan adalah tidak lagi memberikan uang  kepada anak-anak yang meninta-minta di jalan, karena hal itulah yang akan membuat mereka betah di jalan. Dunia anak bukanlah dunia bisnis.

Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi anak-anak jalanan yang putus sekolah, maka aku, Fia dan beberapa teman membentuk satu komunitas bernama Rel Pelangi. Aku mulai mengajak Fia dan beberapa teman kantor untuk rutin setiap tiga kali seminggu datang ke rel Pelangi. Beberapa kelas sudah mulai berjalan terutama menulis, menghitung dan bahasa inggris. Intensitas kelas kami lakukan malam ketika anak-anak semua kumpul dan kami sudah pulang kerja. Proses belajar kami lakukan di pinggiran rel beralaskan terpal, dana yang keluar untuk membeli perlengkapan juga masih patungan antara aku, Fia dan teman yang lain.

“Dodo! Anak-anak yang sepantaran dirimu di sini banyak kan? Aku sering lihat kamu nongkrong sama temen-temenmu?” tanyaku kepada Dodo.

“Ada si Mba Nanda, tapi mereka suka pergi-pergian, apalagi kalau suruh ikut belajar macem anak-anak kecil begini, mereka mana mau Mba, Gengsi tau!” Jawab Dodo lantang.

“Begini Do, aku ga akan memaksakan mereka harus belajar bersama anak-anak kecil ini, tapi aku mengharapkan agar mereka menjadi Guru bagi anak-anak ini Do! Teman-temanmu sudah pada bisa baca tulis kan Do? Gitu Do, kira kira mereka mau ga ya? Kamu bantu aku kumpulin mereka dulu deh, kita ketemuan di warung makan deh Do! Gimana?” Ujar aku, sambil merayu Dodo.

“Wah boleh Mba, setuju deh kalo di Warung Makan, tapi saya yang milih ya Mba! Saya maunya di Angkringan Mpo Saminah ya Mba?! Jawab Dodo menjelaskan.

“Siap Do!” Jawabku tegas.

Semakin hari anak-anak semakin banyak yang datang ke kelas, para orangtua pun begitu antusias melihat anak-anaknya berproses. Aku begitu sadar bahwa mereka mengharapkan kegiatan ini sejak dulu, namun karna SDM yang terbatas mereka hanya bisa menunggu. Begitu pun sahabat-sahabat Dodo yang mulai terlibat beberapa orang untuk menjadi Guru dalam setiap kelas.

***

Sebentar lagi menuju Hari anak Nasional, 23 Juli 2013. Aku harus membuat acara khusus untuk anak-anak Rel Pelangi. Aku ingin anak-anak menuliskan keinginan terbesar mereka saat ini melalui selembar kertas yang akan diberikan kepada orangtua mereka. Dan harapan anak-anak begitu mengagumkan.

“Aku berharap bisa belajar nulis dan hitung di dalam rumah Rel Pelangi, bisakah Ibu, Bapak, Kakek Didi, Kak Nanda dan Kak Fia membuatkan rumah belajar untuk kami?” – Hani, 12 tahun.

“Aku mau punya uang banyak buat sekolah adik. Sebentar lagi adikku sudah umur 7 tahun. Aku sudah menabung uang hasil ngamen, bisakah Bapak ikut menabung ke dalam celengan ku?” – Dodo, 16 tahun.

“Aku mau jadi pilot, Bapak anterin aku ke bulan?” – Diki, 5 tahun. Dia belum bisa menulis, namun ia berbicara langsung kepada Bapaknya depan semua teman-temannya.

Harapan-harapan ini hanya sebagian kecil yang ditulis dari puluhan anak yang mempunyai mimpi beragam. Aku pun menulis harapan dan ucapan.

“Untuk anak – anakku, dunia kalian masih begitu panjang. Banyak hak dibanding kewajiban yang harus kalian terima, namun keadaan membuat semuanya jadi terbalik. Untuk anak-anakku, manfaatkan kelas sederhana ini untuk belajar sungguh-sungguh, walau di pinggir rel, walau hanya beralaskan terpal tipis, namun ini sedikit rezeki dari Tuhan dan patut kita syukuri bersama. Aku bersama teman-temanku, bersama anak-anakku, bersama para orangtua anak-anak dan bersama Kakek Didi berharap semoga terbangun  rumah Rel Pelangi, di dalam rumah itu kita akan berteduh, berharap dan bermimpi”. – Nanda 24 tahun. Aku tidak menuliskan surat itu khusus untuk kedua orangtua ku, melainkan untuk semua orang-orang dewasa yang ingin bertanggung jawab mewujudkan mimpi anak-anak Rel Pelangi bahkan anak-anak di mana pun.

Begitu pun hari-hariku yang berubah total. Kini bukan hanya hari Minggu yang menjadi waktu mahal, namun setiap hari di mana aku bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak Rel Pelangi menjadi 10 kali lipat lebih berharga. Aku tidak lagi membenci kesibukanku, justru aku begitu bersemangat ke kantor. Bersyukur atas kebetulan Fia memintaku untuk mengajakku bertemu Kakek Didi, bersyukur lagi aku dipertemukan dengan anak-anak oleh Kakek Didi dan besyukur bertemu Dodo sudah mempertemukanku dengan anak-anak muda di sini. Mereka mengubah duniaku menjadi lebih indah.

selesai

Malam Yang Sama

Malam ini masih sama dengan malam 2 tahun lalu

Gerimis membuat hatiku pilu

Sepi masih setia menggrogoti hariku

 

Bagaimana caranya pergi

Dari perasaan kosong yang pedih

Dari tatapan memelas

kepada waktu

Yang berganti

Kepada waktu

Yang berdetak

 

Ngilu

Kasihan melihat orang yang berada

Di depan monitor

Menulis

Dengan tangan penuh harap

Berharap huruf-huruf menuai kebahagiaan.

 

17 April 2013

Hairun Nisa

Tuhan yang menentukan segalanya

Malam minggu yang menyenangkan, menonton video pementasan 10 tahun lalu bersama keluarga besar di sanggar. Aku duduk sendiri paling belakang diantara teman-teman, lalu Uwak datang mengusir sepiku, tidak lama ada Om Kribo yang duduk disebelah Uwak dan beberapa teman yang lain nyatanya juga ingin mengusir kesepianku.

45 menit kuhabiskan untuk tertawa, tampang-tampang jadul temanku sewaktu kecil membuatku tertawa terpingkal-pingkal, tak sabar rasanya ingin ku ceritakan kepada mereka. Aku berharap malam ini berlangsung lama, duduk dibangku depan taman di sanggar sungguh menyenangkan. Aku tidak beranjak sedikit pun dari situ sejak video selesai diputar, walau semuanya pergi satu per satu untuk beristirahat dan tidur. Sekarang mulai sepi kembali, Uwak beranjak pergi dari tempat yang sejak 45 menit lalu di dudukinya. Namun Om Kribo dan Putri setia menemani malamku di sini. Sekarang masih pukul 20.45, masih sore untuk pulang ke rumah, lagi pula ini kan malam minggu, aku ingin menghabiskan waktu di sini, hingga larut malam.

Aku banyak berbincang dengan Om kribo mengenai pendakian gunung, tanggal 26 April nanti aku akan naik gunung Gede. Kali ini ini ada Leman dan Lita ikut nimbrung bersama kami. Seling beberapa menit mereka pergi dan datang A Omat duduk bersama kami. Tidak ada cemilan yang terhidang di meja ini, hanya ada 2 bungkus rokok. Aku tidak ikut merokok. Nampaknya kami semua yang sedang duduk sedang tidak memegang uang banyak. Seling puluhan menit Uwak datang lagi dan duduk kembali di tempat yang sama bersama kami.

Uwak yang lebih banyak bercerita dengan kami. Katanya Rogger nemu Cewek, aku mulai tertawa lebar sambil membayangkan om Rogger punya pacar baru. Sambil mendengarkan lagi terusan cerita Uwak, nampaknya aku salah total. Ternyata Om Rogger menemukan perempuan di pinggir gerbang dan dia ingin dititipkan di sanggar sementara waktu. Aku hanya tertawa dalam hati.

Sambil menunggu Om Rogger datang, uwak meminta tolong ke A amin untuk membelikan air kelapa hijau, nampaknya Uwak sedang kurang sehat. Kini ada 2 orang yang kami tunggu, Om Rogger dan A Amin.

Sudah mulai pukul 23.00. Kami masih berbincang membicarakan Eang Subur, Kopasus, Larangan Menggangkang bagi perempuan di Aceh, Larangan Kentut berbunyi hingga membicarakan pendidikan di pelosok daerah. Handphoneku berbunyi sms masuk, setelah aku buka ternyata hanya orang yang berulang kali menanyakan Paper Quiling dan aku hiraukan. Sambil iseng aku cek Inbox yang lain dan entah tiba-tiba aku mengingat satu sms di handphone adikku yang dengan sengaja aku baca diam-diam saat dia terlelap. Aku menunggu semua diam tanpa bahasan, dan aku bilang “Pakdeh Wari lagi sakit”. Dan semuanya merespon perkataan itu, kita sempat membicarakan ingin menjenguk Pakdeh Wari, hingga kita ngawur membicarakan tentangnya hingga kemana-mana. A amin datang membawa pesanan. Tak lama Om Rogger datang bersama 2 perempuan dibelakangnya, salah satunya adalah cewe yang ditemukan di pinggir pagar. Kini kami berbincang mengenai cewek yang ditemui Om Rogger tersebut. Tidak lama handphoneku bunyi sms, adikku Lia menulis “ Teh, Mbah meninggal”. Aku langsung memotong pembicaraan Om Rogger, aku bilang kesemuanya bahwa Pakdeh sudah Meninggal. Innalillahi Wa Ina Illahi Ro’jiun.

Aku langsung menelfon Lia untuk meminta penjelasan lebih detail. Di balik telepon lia sudah menangis dan berusaha berbicara selancar mungkin untuk menjelaskan, walau kadang isaknya masih jelas terdegar. “Meninggalnya jam 8” jelasnya, astaga jadi saat aku membicarakannya dengan yang lain, Pakdeh sudah tiada, aku langsung menangis, tidak kejar seperti Lia, namun aku sungguh terkejut. Segera aku izin pulang ke rumah bersama A omat.

Aku bangun siang pukul 11.00, handphone kubiarkan tergeletak. Tak lama aku mengecek inbox handphoneku. Ada inbox dari Putri dengan tulisan “Bollong, Mak Gembol Meninggal”, aku segera membalas “Innalillahi…”.

Tuhan menentukan kapan datangnya kematian, hanya Tuhan yang tahu. Selamat tinggal untuk Pakdeh Wari yang selama ini sudah aku anggap sebagai keluarga dekat dan Selamat tinggal untuk Mak Gembol yang selalu menemani kucing-kucing liar. Semoga amal Ibadah kalian diterima oleh Tuhan yang Maha Esa. Selamat Jalan.

14 April 2013

Hairun Nisa

Kartu Ucapan Paper Quiling

Kartu Ucapan Lime Quiling’s

Untuk Kategori Kartu Ucapan Ulang Tahun, Undangan, dll.

Pemesanan hub : Nisa (08568877612)/ Tari (085883663233)/ Putri (085691786742)

Harga 1 kartu Rp. 10.000,-

MEDIA ONLINE MENJADI SARANA PENDIDIKAN ANAK

JAKARTA, NIAT – Beragam media di internet pada zaman globalisasi ini berkembang pesat. Khususnya Media Online yang menjadi sarana pendidikan masa kini untuk anak.

 

Dilihat dari sisi positifnya media adalah sumber informasi. Media memberikan peluang bagi penggunanya sebagai pendorong kemajuan setiap individu yang memanfaatkannya. Gerlac dan Ely (1971) menjelaskan bahwa Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian  yang membangun kondisi dan membuat individu mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Hal ini membuktikan bahwa peran media dapat memberikan akses komunikasi dan informasi seluas-luasnya bagi setiap orang. Dalam segala sisi media juga dapat mempengaruhi setiap penggunanya.

Perkembangan internet yang pesat kini telah melahirkan banyak media online. Pengertian media online adalah blog atau situs yang dijadikan sebagai media untuk menyebarkan berita dan informasi. Terlihat pada zaman globalisasi saat ini sebagian besar pengguna media online di Indonesia adalah para anak-anak dan remaja. Aktivitas keseharian anak dan remaja sebagian besar dilakukan lewat media online seperti berkomunikasi, bermain, belajar, berbelanja, bercerita dan lain-lain. Perhatian mereka dalam keterlibatan di dunia online dapat disangkutpautkan dengan dunia pendidikan. Dalam banyak hal yang disuguhkan oleh media online lebih banyak dimanfaatkan para anak dan remaja sebagai  sarana mencari informasi demi pendidikan mereka. Dibantu peran orang tua serta keluarga terdekat anak dan remaja dapat menggunakan media online secara terpantau.

Sekarang ini murid-murid sudah jenuh dengan pembelajaran di sekolah karena tidak ada tindak kreatif dari guru. Setiap hari guru hanya menerangkan di depan kelas tanpa memberi ruang untuk murid berpendapat. Ada metode lain yang hampir sama dengan hanya menerangkan yaitu memperbanyak kegiatan mencatat tulisan yang sebenarnya sudah tersedia dalam buku LKS atau buku paket. Metode itu membuat murid hanya menjadi peran pasif dalam kelas dan mereka tidak bisa menunjukkan keterampilan berpikirnya. Soal- soal yang diberikan juga harus dijawab secara betul dengan mengikuti jawaban di buku. Kebiasaan hanya menerangkan tanpa meminta pendapat murid akan membudaya sebagai pengajaran yang banyak digunakan oleh para Guru. Alternative lain bagi murid yang bosan dengan pengajaran macam itu akan beralih menggunakan media online untuk mencari sendiri informasi-informasi yang belum mereka dapatkan di sekolah. Berbeda dengan sebagian orang yang memanfaatkan media online untuk mengakses aplikasi sebagai penunjang pembelajaran, contohnya seperti yang dilakukan seorang guru di Sekolah Internasional Global Jaya. Agus Sampurno (37) memberikan metode baru untuk belajar. Ia memanfaatkan media online untuk membantu proses belajar para murid lewat kelas online yang ia buat sendiri. Dalam kelas online tersebut murid dapat melihat kembali tugas yang telah diberikan. Murid pun dapat berperan aktif dalam berdiskusi tentang materi tugas sekolah secara online. Jadi tidak selamanya hanya seorang guru dapat menyampaikan ide. Kelompok belajar online tersebut akan lebih efektif karena di mana pun setiap anggota dapat membuka situs tersebut.

PROSES PEMBELAJARAN MENJADI LEBIH MENARIK

                Untuk dapat mengakses berita dan informasi pada media online siapa pun dapat melakukannya. Bahkan tidak ada sedikit pun pengawasan penggunaan internet pada media online. Media sosial online menjadi dambaan banyak anak dan remaja. Media Sosial online macam Facebook, twitter, blog, youtube dan linkedln banyak dimanfaatkan sebagai sarana belajar dan bahan media untuk berekspresi. Berbagai pandangan mengenai pendidikan menggunakan sarana media online menjadi punya banyak cerita.

                Proses pembelajaran bagi anak menjadi sangat menarik dalam media online. Media ini dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik alami dan manipulasi sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

                Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga anak dapat melakukan kegiatan kapan pun tanpa tergantung pada guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangatlah terbatas dan justru terbanyak adalah di luar lingkungan sekolah. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membuat anak menjadi kritis untuk menemukan hal baru. Sikap positif ini dapat mendorong anak  untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

PEMANFAATAN MEDIA ONLINE SEBAGAI PENDIDIKAN JARAK JAUH

                Alternatif dari masalah pendidikan seperti Jauhnya jarak tempat antara anak dan guru, kelangkaan guru berkualitas dan lembaga- lembaga pendidikan yang jauh dari anak yaitu menggunakan pendidikan jarak jauh. Beberapa faktor untuk menemui keberhasilan pendidikan jarak jauh adalah kemampuan bagi guru agar menjalin interaksi dan komunikasi jarak jauh dengan anak, selain itu guru juga harus terampil menggunakan teknologi, sehingga pendidikan jarak jauh dapat berjalan efektif. Keterlibatan Orang tua atau orang terdekat memagang peran penting dalam berlangsungnya proses pendidikan jarak jauh. Anak akan jauh lebih mudah menemukan link data atau informasi yang dicari. Bentuk ekspresi anak dapat diberagamkan melalui foto, video atau pun multimedia.  Kemandirian anak dalam mempelajari materi dan mengerjakaan soal-soal membuat anak menjadi kreatif. Keberhasilan pendidikan jarak jauh ditentukan dengan adanya interaksi dan komunikasi yang efektif antara guru dan anak.

***

 

DAMPAK MEDIA ONLINE

Media online tidak selamanya dapat berpengaruh baik untuk anak. Dibalik banyak hal positif  pada media online yang dimanfaatkan oleh anak sebagai sarana pendidikan, banyak dampak negatif yang terlihat dengan kasat mata.

 Pengaruh buruk media online dapat dilihat dari banyaknya anak dan remaja yang sering menghabiskan waktu dengan membuka situs sosial network untuk berbagi kejadian dari menit ke menit. Situs-situs internet yang menyediakan content-content sosial network yang beragam seperti facebook dan twitter sudah sering digunakan dari kalangan anak kecil, remaja bahkan sampai orang dewasa. Dengan gamblang mereka menuliskan kejadian sedih, marah maupun senang, sering dijumpai juga anak-anak pengguna media online menuliskan kalimat kurang sopan yang dapat dilihat semua orang bahkan setiap orang dapat berkomentar dalam jejaring sosial tersebut.

Ada istilah dalam media sosial internet “Yang jauh semakin terasa dekat”. Anak membuat keadan sekitar menjadi asing seakan tidak lagi memperdulikan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Anak seolah difokuskan dengan media yang dapat membuat jarak seseorang terasa dekat dengan cara chatting atau nginbox melalui jejaring sosial facebook. Cenderung anak akan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan kegiatan mendekatkan orang-orang yang keberadaannya cukup jauh darinya setiap malam hari hingga larut. Hal ini bisa disebut kecanduan media online yang contohnya lagi banyak anak menghabiskan waktu hingga 6 jam hanya untuk bermain games di media online. Kondisi  seperti ini banyak terlihat pada warung internet atau “Warnet” biasa dibilang anak-anak. Warnet menjadi tempat idaman agi setiap anak yang tengah kecanduan games online. Dampak bagi anak adalah mereka akan lebih tertarik menghabiskan waktu bermain dibanding memanfaatkan waktu untuk mencari pengetahuan-pengetahuan dari media online.

PENYALAHGUNAAN MEDIA ONLINE BERDAMPAK PADA ANAK

Lain kasus, kali ini adalah orang dewasa yang memanfaatkan media online secara tidak tepat yang berdampak pada anak. Eksploitasi anak dan penculikan anak marak terjadi. Eksplotasi yang terjadi di internet sebagian besar melibatkan anak-anak. Bisnis tidak bermoral ini cenderung maju dengan pesat demi memenuhi kepuasan orang-orang tidak bertanggung jawab.

Penculikan anak sering diawali dengan hubungan jarak jauh melalui jejaring sosial facebook, perkenalan antara lawan jenis sangat sering dilakukan oleh anak. Dalam sifat anak ada rasa keingintahuan yang lebih untuk menggali sesuatunya lebih dalam. Hal ini membuat anak nekat untuk melakukan apa yang mereka anggap menyenangkan tanpa memikirkan dampak-dampak dari keingintahuan mereka. Jatuhnya mereka akan terkena kasus penculikan yang diakhiri pemerkosaan bahkan penculikan.

Hal ini sungguh menjadi sangat memprihatinkan bagi anak yang seharusnya masih memiliki cerita masa depan yang semestinya. Peran orangtua dapat membangkitkan kepercayaan diri pada anak yang tersandung kasus eksploitasi anak secara pelahan.

***

Sejak dini baiknya anak ditanamkan kebiasan melakukan hal-hal positif  jika berhubungan dengan media online. Terutama pilihan media-media apa saja yang baiknya diberika pada anak sesuai umur. Berikan cara alternatif jikalau komunikasi verbal menjadi kendala, maka gunakan media online sesuai kebutuhan. Mendapat pendidikan adalah hak bagi setiap anak, hanya saja cara pembelajarannya yang dapat dibuat beragam dengan berbagai fasilitas dan cara. Dengan cara berkomunikasi langsung, praktek bahkan menggunakan media sekalipun akan mempermudah akses pemberian pengetahuan bagi stiap anak.